Source : www.genengnews.com Di masa pandemi ini, orang-orang sering menggunakan teknologi PCR untuk mengetahui apakah ia terkena virus c...
Source : www.genengnews.com |
Di masa pandemi ini, orang-orang sering menggunakan teknologi PCR untuk mengetahui apakah ia terkena virus corona atau tidak. Lantas, mengapa teknologi ini dapat mendeteksi adanya covid-19? PCR atau polymerase chain reaction adalah teknologi pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keberadaan material genetik dari sel, bakteri atau virus dalam hal ini salah satunya adalah virus corona.
Dalam sel virus ini, terdapat material genetik berupa DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid) yang membawa informasi genetik yang unik yang akan dideteksi oleh teknologi PCR . Nah, dengan adanya PCR, keberadaan material genetik dari beberapa jenis penyakit akibat infeksi bakteri atau virus akan bisa dideteksi dan akhirnya bisa membantu diagnosis untuk penyakit tersebut.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa virus corona ini merupakan virus tipe RNA yang secara alami mudah mengalami mutasi dan mutasi merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup.
Untuk melakukan tes laboratorium, seseorang yang diduga terinfeksi virus ini dilakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel dahak, lendir atau cairan dari nasofaring, orogaring atau paru-paru Pengambilan sampel dahak ini dilakukan dengan metode swab, yang prosedurnya memakan waktu sekitar 15 detik dan tidak menimbulkan rasa sakit, atau bisa juga menggunakan PCR kumur. Selanjutnya, sampel dahak akan diteliti di laboratorium.
Dokter spesialis patologi klinik dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Titjen Budhiaty, M.Sc., Sp.PK., mengatakan bahwa meski terdapat berbagai cara dalam mengetes apakah seseorang terkena covid atau tidak seperti contohnya adalah tes antigen dan tes antibodi, namun pemakaian swab dalam teknologi PCR merupakan teknologi yang paling mendekati akurat.
Dokter ini juga mengatakan bahwa PCR dapat akurat ini dikarenakan bahwa antigen virus dapat dideteksi setelah beberapa hari terpapar virus tersebut. Sedangkan jika memakai antibodi, maka akan terdeteksi setelah 7 atau 14 hari setelah terpapar.
Dibalik keakuratan teknologi ini, harga yang dibutuhkan juga termasuk mahal dan sulit terjangkau untuk seluruh kalangan masyarakat. Menurut Ahli mikrobiologi Universitas Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, RT-PCR membutuhkan biaya lebih banyak karena menggunakan mesin khusus dan alat pendukung. Harga alat juga mahal karena dirakit di luar negeri. Di Indonesia, tidak ada pabrik yang memiliki kapasitas membuat kit PCR.
Namun, dengan harga yang cukup mahal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan untuk adanya pengurangan harga tes PCR ini. Kemudian, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga memberikan sebuah tanggapan terhadap pernyataan berikut, yaitu Ketua Dewan Pertimbangan IDI Zoebairi Djoerban mengatakan meski harga swab bervariasi, namun pihaknya menyarankan agar pemerintah dapat memberikan subsidi yang lebih besar untuk keperluan test swab PCR tersebut.
Oleh karena itu, dengan adanya teknologi PCR dan dengan adanya rencana subsidi PCR ini, diharapkan dapat menjadi solusi utama dalam penanganan kasus Covid agar semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat yang bersedia untuk menjalankan swab test PCR, karena harga yang dipatok juga terjangkau. Dengan begitu, maka masyarakat yang memiliki gejala atau bahkan telah terpapar Covid-19 dapat langsung menerima tindakan isolasi mandiri.
Tidak ada komentar